Jumat, 15 April 2011

Hargai Perasaan Orang Lain

Seorang ayah pernah menasehati anak laki-lakinya yang suka marah – marah dan bete pada orang lain.
Lalu anak laki – lakinya diajak ke kandang kudanya yang ada di sebelah rumah.
Setibanya di tepi kandang kuda, ayahnya mengatakan, “Anakku, jika engkau marah maka tanamkan sebatang paku ke pagar ini. Semakin engkau marah, engkau pukul paku itu keras – keras. Begitu seterusnya.”
Sejak saat itu, jika sang anak marah kepada siapa pun, dia selalu memukul sebatang paku pada pagar kandang kudanya, dan dia sangat senang mampu melakukan hal itu. Sebulan kemudian, dengan bangga si anak menunjukkan kepada orangtuanya bahwa paku – paku yang ditanamkan pada pagar kandang kudanya sudah semakin banyak. Lalu si ayah kemudian mengatakan, “Nah, sekarang kalau kau bisa menahan marah dan tidak jadi marah, bahkan bisa meminta maaf pada orang lain,cabut paku – paku tersebut satu per satu. Begitu seterusnya!”
Menerima tantangan tersebut, dengan mantap si anak mengatakan, “Oke!” Tanpa tahu apa maksud yang diberikan ayahnya tersebut.
Sebulan kemudian, ayahnya bertanya, “Adakah paku yang sudah dicabut?”
Dengan mantap si anak menjawab, “Sudah semua, pak!”
Lantas ayahnya ingin melihat “hasil karya” si anak ke pagar kandang kudanya. Di pagar kandang kuda tersebut, ayahnya mengatakan bahwa memang semua paku sudah dicabut, namun meninggalkan bekas lubang yang terlihat jelas. Hal itu berarti ketika kita memarahi seseorang, akan menanamkan luka yang dalam pada diri orang yang dimarahi tersebut. Bahkan, jika kemudian meminta maaf (mencabut kembali paku tersebut), hal itu tetap meninggalkan luka yang menganga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar