Sabtu, 16 April 2011

Perbedaan Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah..

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum..

Begitulah, kata yang biasa di ucapkan oleh kaum muslim untuk mengerjakan sesuatu. Dan kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim banyak kita temui di dalam Al-Quran, seperti surat Al-fatihah. Tapi tahukah anda, apa beda Maha Pengasih Allah (Ar-Rahman) dengan Maha Penyayangnya Allah (Ar- Rahim) ?


Ar- Rahman (Maha Pengasih)

sifat kasih sayangnya Allah kepada segenap mahluknya. Ini berlaku kepada siapa
saja, apa saja, dimana saja sejak jaman Nabi Adam dahulu kala sampai
nanti akhir jaman alias kiamat.

Sifat Allah yang Maha Pengasih ini dapat kita rasakan di setiap waktu, disetiap helaan nafas dan sepanjang hayat kita. Salah satu contoh kecil dari kasih Allah yang dapat kita rasakan itu adalah nikmat. Seperti nikmat hidup, kita semua di izinkan untuk hidup di bumi Allah, yang telah dilengkapi oleh Allah fasilitas yang menunjang kehidupan kita, seperti di kasih udara, air, api, tumbuhan dan binatang.(jika ada yang mau tinggal di luar bumi, ya monggoooo.kayak mia tinggal disaturnus hehehehe) bagi Allah, tidak peduli dia itu muslim atau non muslim, sholeh ataupun zalim, kaya ataupun miskin, semuanya dibolehkan Allah untuk tinggal di bumiNya beserta fasilitasnya dengan gratis tanpa harus membayar uang kontrakan kepada-Nya. Ga kayak manusia tuh, kalo kita tinggal harus bayar (lirik ibu kost)
Ibu kost : Kamu bilang apa ?
Mia : hohoho ga ada bu, ibu cakep deh...
Ibu Kost : *pergi lenggang kangkung*
Mia : Fiuhhh..selamat, ga jadi diusir ^^’

Selain itu, kita juga dikasih nikmat rezeki. Ketika Allah memberikan nikmat berupa rezeki ini, Allah tak pernah membedakan mana orang muslim, bukan muslim, tukang becak, pedagang, mana mahasiswa, mana bukan mahasiswa, dll… Ya semuanya diberi Allah rezeki masing-masing. Bahkan semut yang terkecil sekalipun, Allah mengatur rezeki untuk mereka. Intinya, Maha Pengasih Allah itu ‘tanpa pilih kasih’. Semua akan dikasih kehidupan, uang, anak, makan dan minum, dst…

Trus, ada juga pertanyaan seperti ini nih... (dulu mia juga pernah mempertanyakan hal ini, dan Alhamdullillah, diberi Allah jawabannya). “Kenapa sepertinya Allah memberikan rezeki yang lebih banyak kepada orang non-muslim seperti kekayaan,power/kekuasaan, kecantikan,kejayaan dan lain-lainnya (kayak Donald Trump, Hitler, Madonna, dll dsb dst etc), atau kepada orang yang zalim (baik muslim maupun mom muslim) yang hidup dalam dunia yang glamour penuh hura-hura,mabuk-mabukkan,bergaul bebas, pokoknya yang melanggar peintah-Nya dan melalaikan perintah-Nya ? Sedangkan orang baik-baik, kayaknya banyak yang susah hidupnya, (adapun yang baik, jarang banget yang kaya dan sukses)”

Ternyata saudara-saudara, jika rezeki kita sempit (meskipun kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh), mungkin Allah secara tidak langsung berbicara kepada kita, “jika kau Aku beri harta yang banyak maka kau akan lupa kepadaKu, kau tidak lagi sholat dan mengingatKu… engkau akan menjadi sombong… dst” karena Allah tahu siapa kita, bahwa kita belum mampu jika diuji dengan harta yang melimpah, artinya kualitas keagamaan kita harus diperbaiki dulu agar kita siap dengan ujian kekayaan. Berarti Tuhan sayang ma kita, sekarang oke lah, kita kurang dari segi duniawi, tapi batin kita penuh dengan agama dan moral. Tapi saat kita mendapatkan keuntungan yang lebih, apakah menjamin hati kita yang penuh moral dan selalu tafakur kepada Allah itu akan tetap sama ?

Tapi kebanyakkan kita suka ‘memaksa’kan permintaan kita kepada Allah. “Ya Allah, berikanlah aku kekayaan, jodoh,anak bla bla bla. Jika Engkau kabulkan keinginanku ya Allah, aku akan bangun masjid, bantu fakir miskin, dll dll dll...” kayak janjinya caleg sama rakyat. Sebelum kepilih, kayak yang mampu aja menjalani janjinya, eh pas jadi caleg....
.. Lupa deh sama rakyat. Rakyat ? Apa itu. Sejenis tumbuh-tumbuhankah ?

Atau bahkan ada yang lebih parah ‘maksa’ mintanya. “Ya Allah, jika tidak Engkau kabulkan, aku mogok menyembahMu...”. Nah loh, kayak yang penting aja pake ngancem tuhan segala. Kurang satu atau sejuta orang ga nyembah Allah, ga akan berefek sama sekali ma Allah, Allah ga butuh kita, tapi kitalah yang butuh Dia. Karena kita butuh itulah, kita menyembah-Nya, sebagai bukti kita tuh bener2 butuh pertolongan Nya.

Tapi terkadang nih, orang yang suka ‘memaksa’ ini, benar2 dikabulkan Allah doanya. “Nih...harta yang kamu inginkan... nih, jodoh yang kamu inginkan...Nih, anak yang kamu pinta... Nih, jabatan yang kamu inginkan...” dan seterusnya. Tapi ternyata, banyak diantara kita, setelah doanya tercapai, malah lupa daratan. Yang punya kekayaan, mungkin okelah, awalnya di bayar janjinya seperti membangun masjid, sedekah dll, tapi itupun ga bertahan lama. Masjid kebangun, tapi kitanya ga pernah sholat di sana, sedekah... itupun kalo ingat. Selebihnya duitnya buat hura-hura dan bukan dikeluarkan dijalan Allah, kayak dugem, main cewek bla bla bla sebagainya. Waktu susah aja, jungkirbalik beribadah ma Allah, pas dikabulkan (dengan ‘memaksa”) jadi lupa deh ma Allah. Pas di kasih anak, jadi sibuk ngurus anaknya atau malah menyia-nyiakan anak yang dimintanya tadi. Yang minta jodoh (ada dua pengertiannya nih, versi Islam atau versi zaman sekarang. Kalo versi Islam, ya jodoh=nikah. Dari ketemu, tertarik, selidik asal-usulnya, tanya ma Allah dgn sholat istikharah, kalo dah mantep baru ngelamar buat nikah. Versi zaman sekarang, jodoh=pacar. Dari ketemu, tertarik, asal-usul nantilah... yang penting cantik or bahenol n sesuai standar selera, pdkt, jadian, pacaran (ga tau ampe berapa lama),kalo cocok ya diterusin ampe nikah. Kalo ga cocok, ya cari lagi. Ilang tuh session tanya jawabnya ma Allah melalui sholat istikharah, soalnya minta jodoh buat pacaran sih niatnya),trus dah dikasih jodoh malah buat dosa, kayak mojok berduaan di tempat gelap n sepi(kekuburan kalo perlu) cupika cupiki lah, atau langsung main nyosor aja.... yang minta kekuasaan, jadi lupa sholat, kerjanya gila menindas orang dan jadi sombong. Hooooooh... doa dikabulkan, tapi bukan rahmat dan pahala Allah yang didapat, malah jadi sarang laknat Allah. Ujian kekayaan lebih sulit daripada kemiskinan, saat miskin orang rajin ibadah, berdoa, menangis, dst… saat kaya justru lupa, maksiat, sombong, dsb…

Betapa zhalimnya manusia, bergelimang nikmat Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya (Ibrahim: 34)

Sedangkan untuk non muslim, Allah Ta’ala tidak perduli dengan kemaksiatan mereka, Allah membiarkan mereka dalam kesesatan, dan justru dengan harta kekayaan mereka semakin membuat mereka tersesat. Begitupula dengan yang muslim yang kufur nikmat dan malah terjerumus kedalaman kezaliman dan menjauh dari Allah. Allah akan terus menambah rezeki dan pintu kesenangan kepada mereka, tapi mata dan hatinya dibutakan oleh Allah, sehingga dia tidak bisa melihat sinar Allah lagi, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

"Maka tatkala mereka telah melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabil mereka telah girang dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan tiba-tiba*, sehingga ketika itu mereka terdiam berputus asa." (Al-An'am : 44).

Ket:
* siksa dengan tiba-tiba, Allah menarik secara tiba-tiba harta yang dia peroleh dengan sekejap, seperti dia mengalami bangkrut, atau kebakaran,banjir,kerampokan, atau ditipu dll sehingga habis hartanya sehabis-habisnya. Yang di beri Allah anak, anaknya diambil lagi oleh Allah. Yang punya jodoh/pacar, Allah putuskan mereka dengan jalan yang buruk dan bermasalah atau malah dia tersiksa dengan jodoh/pacarnya itu, lahir dan batin. Yang punya kekuasaan, Allah hinakan dia sehingga tidak punya kuasa atas apa-apa lagi...atau yang lebih parahnya, kematian menjemput mereka sedangkan mereka masih dalam keadaan lalai dan penuh dosa

Bedanya, Allah masih memberikan dan secercah petunjuk kepada kepada yang muslim, Allah masih ‘mengguncang’ hatinya dengan rasa kegelisahan,kehampaan dan terasa terus mencari apa yang terasa kurang dalam hidupnya, sehingga dia tersadar akan kesalahan yang diperbuatnya. Tapi... yah tentu aja, apakah kita mau menyambut kesadaran yang diberikan Allah itu dengan cara bertaubat dan memperbaiki diri menjadi lebih baik atau nyuekin aja peringatan dan petunjuk yang diberikan Allah kepadanya ?

Rasa kehilangan dan kekosongan itu karena kita udah berpaling jauh dari Kekasih kita yang sesungguhnya, yaitu Allah. Di sadari atau tidak disadari manusia, Allah-lah kekasih kita sesungguhnya, tempat cinta sejati kita bernaung dan tertuju. Rezeki jangan dilihat dalam bentuk uang/harta semata, ketenangan batin, anak-anak yang soleh, istri yang solehah, kesehatan, dsb… adalah rezeki yang lebih berharga daripada uang yang melimpah. Jadi untuk apa harta melimpah tapi batin tersiksa, anak yang durhaka, mati bunuh diri, masuk neraka, dst…
Jika dunia dan seisinya ada di tangan kita, tapi kita meninggalkan Allah (Allah ga pernah meninggalkan manusia, tapi manusialah yang meninggalkan Allah) maka dunia itu tidak ada lagi artinya, tapi jika dunia meninggalkan kita tapi kita tetap berada dibawah naungan Allah, ga akan masalah. Toh kita bisa meminta dan berlindung kepada Allah... adakah Dzat yang lebih baik dari Allah jadi tempat kita menyembah,tempat kita mengadu,tempat kita memohon dan tempat kita berlindung ?


Ar-Rahim (Maha Penyayang)

sifat Penyayang khusus diberikan kepada hambanya yang taat yang tidak menyekutukannya. dari sekian nikmat atau segala yang Allah berikan, pasti ada manusia yang menyambutNya dengan rasa kebersyukurannya, ada yang dengan usaha pencarian akan Allah, Butuh Allah, rasa kebergantungan akan Allah.. Nah usaha dan kebutuhan yang besar untuk mencari Allah itulah, yang bakal Allah Perhatiin..’Allah tak pernah Menghiraukan kita, kalo kita bener-bener tulus ingin mencariNya’. Maha Penyayang itulah yang Allah khususkan bagi orang-orang yang Allah pilih..(istilahnya diseleksi lagi). Dan nikmat bagi orang yang terpilih ini hanya didapatkan oleh orang yang mempunyai Iman dan Islam.

Iman dan Islam mempunyai keterkaitan kuat untuk mendapatkan Ar-Rahim dari Allah. Bisa kita lihat, ada juga dikalangan yang non muslim yang memiliki keimanan yang sangat kuat, setiap hari mereka selalu berterimakasih dan berdoa kepada Allah, tutur kata mereka sopan, hidup penuh syukur, kehidupannya juga religius. Tetapi... iman yang mereka begitu kuat itu tidak akan mendapatkan pahala dan mendatangkan Ar-Rahim Allah untuk menyelamatkan mereka dari siksa neraka nanti. Karena sifat Ar Rahim Allah hanya dikhususkan bagi orang muslim yang taat, yang kelak nanti di hari setelah kiamat, hari kebangkitan akan diberikan oleh Allah Ar-RahimNya. Dimana tidak ada pertolongan, tidak ada sesuatu yang bisa menolong kita kecuali Rahmat dan Kasih Sayang Nya. Harta yang selama ini kita timbun, nama baik yang selama ini kita jaga, bahkan amal perbuatan baik yang selama ini kita lakukan, tidak akan bisa menolong kita. Hanya Dia, dengan Kasih dan rahmatNyalah yang akan bisa menyelamatkan kita. InsyaAllah kita akan menjadi golongan orang-orang yang terselamatkan.

Betapa besarnya nikmat petunjuk Islam (hidayatul Islam) dan pedoman hidup (manhajul hayah). Nikmat ini lebih besar dari seluruh harta dunia dan seisinya. Nikmat ini mengantarkan orang-orang beriman dapat menjalani hidupnya dengan lurus, penuh kejelasan, dan terang benderang. Mereka mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram. Hanya dengan imanlah, nikmat dan rezeki yang diberikan Allah kepada orang beriman ini tidak akan sia-sia, tidak akan mendatangkan kemudharatan atau kemurkaan oleh Allah. Justru orang beriman ini berhasil mengelola nikmat dan rezeki Allah menjadi ladang pahala bagi mereka dan malah mendatangkan rezeki yang lebih baik lagi dari Allah.

Ada satu bentuk kenikmatan lagi yang akan Allah berikan kepada orang-orang beriman disebabkan mereka komitmen dengan Allah dan berjalan dijalan Allah serta membela/menegakkan agama Allah, yaitu pertolongan Allah, “ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7)

Pertolongan Allah itu sangat banyak bentuknya, diantaranya perlindungan dan tempat menetap, dukungan Allah sehingga menjadi kuat, rizki yang baik-baik, kemenangan, kekuasaan, pengokohan agama dan berbagai macam bentuk pertolongan Allah yang lain. Segala bentuk kenikmatan tersebut baik yang lahir, bathin, maupun gabungan antara keduanya haruslah direspon dengan syukur secara optimal.

Fabiayyi aalaaa irabbikuma tukadzibaan, maka nikmat Tuhanmu manakah yang akan kau dustakan ?

Aaahhhh... Sungguh indahnya jika kita tidak hanya mendapatkan nikmat Ar-Rahman Allah yang diperuntukkan buat seluruh makhluk Allah tapi juga mendapatkan nikmat Ar-Rahim yang hanya didapatkan oleh orang pilihan Allah. Semoa kita semua bisa menjadi orang yang bisa mendapatkan nikmat Ar-Rahim dari Allah. Amiiiien....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar