Jumat, 15 April 2011

Rindu Rasul

Sayyidina Bilal ra, muadzin Nabi SAW, seorang yang asalnya budak dan sekarang kita panggil sayyid (tuan) karena kemuliaannya menjadi sahabat Muhammad SAW. Setelah wafat Nabi SAW, ia pun meninggalkan kota Madinah, karena merasa tidak mampu untuk tinggal di kota Nabi – tanpa sang Nabi. Selang beberapa waktu setelah tinggal di kota tujuannya, beliau memimpikan Rasulullah SAW yang mengisyaratkan untuk kembali ke Madinah. Maka beliau pun kembali ke Madinah.
Setibanya di Madinah, disambut oleh sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra dan memintanya untuk kembali menjadi muadzin di kota Madinah sebagaimana dulu ia adzan untuk Nabi SAW. Beliau menolak, “Tidak akan saya adzan selain untuk Nabi SAW,” katanya.
Sayyidina Umar ra pun memaksa dan Bilal menolak. Sayyidina Ustman dan sayyidina imam Ali ra memaksa dan beliau masih menolak. Maka pulanglah Sayyidina Ali dan membisikkan kepada kedua anaknya, Sayyidina Al-Hasan dan Al-Husain, untuk meminta Bilal adzan di Madinah. Maka ketika sayyidina Al- Hasan dan Al-Husain meminta Bilal untuk adzan, beliau berkata,
“Bagaimana saya menolak permintaan yang disampaikan dari lisan yang pernah dikecup Nabi SAW.”
Datang waktu shalat. Bilal naik ke atas mesjid, lalu mengumandangkan:
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR
Sebagian sahabat di Madinah yang tidak mengetahui kedatangan Bilal tersentak kaget, lalu bergembira, seakan terbangun dari mimpinya, “Ada Bilal berarti ada Nabi SAW,”mengharap wafat Nabi SAW cuma mimpi.
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR
Bergegas seluruh penduduk Madinah. Mereka keluar dari rumah mereka dengan hati bergetar penuh kerinduan.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH
Mereka menuju masjid Nabi SAW, melihat Bilal.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH
mencari Rasulullah SAW dimana…? mana…?
ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH
Gemuruh isak tangisan kesedihan kerinduan para sahabat di kota Madinah. Bilal pingsan, tak meneruskan adzannya.
Yaa Muhammad…! hanya Bilal…. Mana Muhammad SAW…?
Di hati mereka, para sahabat, selalu hidup menyinari hati dan keimanan mereka dan di hati para sholihin, pencinta Muhammad SAW, bahkan selalu bersama mereka tak terpisahkan.
Rinduku pada daar Muhammad SAW rindu yang tersimpan dan terpendam di hati daar tempat terkumpulnya seluruh nikmat Allah karena telah tinggal di dalamnya hamba terbaik dan tersuci.
(Syair Al-Habib Ali bin Muhammad Al- Habsyi)

Alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku tatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
karena pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku kecup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
untuk mengikut jejak langkahmu

Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Tak pernah ku tatap wajahmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Kami rindu padamu…

Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim…

Alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku dekap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
hanya Tuhan saja yang Tahu

Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Tak pernah ku tatap wajahmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Kami rindu padamu…

Ku tahu cintamu kepada ummat
Ummati… ummati…
Kau tahu bimbangnya kau tentang kami
syafa’atkan kami…

Alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku tatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
karena pancaran ketenanganmu

Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Tak pernah ku tatap wajahmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Kami rindu padamu…

Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Terimalah kami sebagai ummatmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah…
Kurniakanlah syafa’atmu…

Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim…

Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim…
 
(Alangkah Indahnya Hidup Ini-Raihan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar